Hari Terakhir Ma’nene, Masyarakat Toraja Makan Bersama

Ruman Tumbo:Ritual Ma’nene akan jadi Destinasi Wisata Tahunan

NUNUKAN-Ritual Ma’nene yang dilaksanakan Masyarakat Suku Toraja di Kabupaten Nunukan telah berakhir. Di hari penutupan terakhir ini masyarakat harus menutup semua Patane atau makam rumah yang dibuka selama 4 hari.

Sesuai kesepakatan Tokoh Adat Toraja dan Ketua Ikatan Keluarga Toraja (IKAT) dan Ketua Persatuan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Kabupaten Nunukan, tepatnya hari ini 19 April 2022 tidak ada lagi kegiatan selain ibadah dan makan bersama.

Bacaan Lainnya

Tampak beberapa Tokoh Adat Toraja salah satunya Ruman Tumbo, anggota DPRD Robinson Totong dan Masyarakat menikmati makan siang bersama yang disajikan oleh ibu-ibu toraja.

Tokoh Masyarakat Toraja Kabupaten Nunukan Ruman Tumbo saat ditemui Pembawakabar.com di Pemakaman Kristen menjelaskan untuk ritual Ma’nene ini sudah kita sepakati dimulai tanggal 15-19 April 2022.

“Ini yang pertama kali dilakukan selama 5 hari, pada hari ini penutupan patane tidak ada ritual apapun. Masing-masing pihak keluarga yang melaksanakan Ma’nene ini menutup patanenya,” ujar Mantan Ketua IKAT Nunukan ini, Selasa (19/4).

Meski ada beberapa masyarakat Toraja yang melakukan pemotongan hewan Babi dan Kerbau, namun dalam penutupan patane masyarakat yang melaksanakan Ma’nene tidak ada aturan yang mengharuskan memotong kerbau, namun tergantung dari pihak keluarga masing-masing.

“Tadi ada yang potong kerbau, tapi ini tidak diwajibkan karena itu dari kemampuan masing-masing,” jelasnya.

Disoal  mengenai masyarakat yang melakukan penutupan Patane lebih awal, Ruman Tumbo menganggap tidak ada masalah sama sekali, selagi Masyarakat telah melakukan proses Ma’nene mulai dari menggali hingga menganti pakaian jenazah keluarganya hingga membersihkan patanenya.

“Tidak masalah, kalau sudah selesai kuburannya dibersihkan, hari Sabtu kemarin ditutup tidak jadi masalah. Tidak mungkin mau dibuka terus karena ditakutkan ada hewan yang masuk,”katanya.

Mengenai kegiatan Ma’nene ini, lanjut Mantan Anggota DPRD Nunukan ini akan di evaluasi semua kegiatan yang telah selesai dilaksanakan.

“Kita akan evaluasi untuk memperbaiki, sehingga lebih bagus lagi ke depannya karena ini baru pertama kali dilakukan di Kabupaten Nunukan,” terangnya.

Ruman Tumbo berharap kegiatan Ma’nene ini dilestarikan seluruh masyarakat Toraja, menginggat Ma’nene ini merupakan budaya.

“Ini harus kita lestarikan karena ini merupakan budaya dan tentunya ini salah satu objek wisata tahunan, karena Ma’nene ini kita rencanakan untuk dilaksanakan tiap tahun. Nanti kita akan bahas rencana ini bagaimana ke depannya,” tuturnya.

Makna Makan Bersama di Hari Terakhir Ma’nene

Dalam penutupan Patane, dilakukan doa dan makan bersama, kegiatan ini mengandung makna yang penting bahwa duduk dan makan bersama tidak ada yang dibedakan derajatnya tetapi mempunyai kedudukan yang sama.

“Makan bersama ini luar biasa maknanya, kapan kita mau makan bersama? Ini satu tahun baru kita duduk makam bersama. Tidak ada istilah siapa raja atau yang terhormat tidak ada, di situ kita duduk sama saja. Jadi demokrasi Masyarakat Toraja sangat luar biasa, ini sebenarnya melanggar protokol kesehatan tetapi dengan doa yang kita lakukan tentu kita yakin sakit itu akan jauh dari kita,” pungkas Ruman Tumbo. (**)

[jetpack-related-posts]