Irianto: Penanggulangan Bencana Tanggung Jawab Bersama

Gubernur Kaltara, Dr H Irianto Lambrie saat membuka Rakor Penanggulangan Bencana Provinsi Kaltara, Senin (9/3).

NUNUKAN – Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), Dr H Irianto Lambrie meminta seluruh komponen masyarakat yang dapat memfasilitasi aktif dalam melaporkan setiap peristiwa. Pasalnya, dalam setiap kejadian bencana, membutuhkan biaya dan tenaga yang besar untuk pemulihannya. Ini disampaikan Irianto saat dibuka Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana Provinsi Kalimantan Utara di Emerald Ballroom Hotel Laura, Nunukan, Senin (9/3) pagi.

“Penanggulangan Bencana Berhasil, saat terjadi bencana, wajib dihidupkan aktif dalam penanganan bencana. Lantaran, menentang bencanaterjadi, korbannya tak hanya harta benda, kerusakan berat terhadap lingkungan tetapi juga manusia, ”kata Gubernur.

Beragam bencana dapat terjadi di Kaltara. Salah satunya, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Banjir tsunami yang sudah terjadi di Indonesia juga banjir. “Dari itu, perencanaan untuk perubahan darurat harus dinamis. Tak bisa sagleg. Selain itu, penting adanya pencacatan atas kejadian bencana yang terjadi. Dari pencatatan itu bisa kita bahas dari bencana yang sudah terjadi. Ini terlepas dari mengingat Kalimantan yang cukup aman dari daerah yang dilanda bencana di Indonesia, ”jelas Irianto.

Selain bencana alam, bencana non alam seperti gagal teknologi, epidemi seperti penyebaran virus Corona yang terjadi saat ini juga mendapatkan perhatian. “Bencana lain yang tercipta adalah bencana sosial yang diakibatkan manusia. Seperti konflik sosial yang dapat menimbulkan korban harta dan manusia. Contoh konflik sosial dapat diakibatkan oleh penyebaran informasi yang tidak benar atau tipuan.

Bencana sosial, menjadi perhatian para pemimpin dan masyarakat. Ini lantaran berdampak sangat destruktif, Kematian korban terdampak tidak cukup banyak, ”urai Gubernur.

Dari itu, Irianto berharap timbulnya kesadaran baru akan kewaspadaan atas bencana. “Patut diketahui tentang bencana alam yang sulit dipahami adalah tsunami. Indonesia sendiri berada di peringkat pertama negara yang rentan terhadap bencana tsunami di dunia. Terhadap bencana seperti ini, kita mengalami kesulitan kemampuan mitigasi bencana negara lain, ”papar Irianto.

Mitigasi bencana itu, dapat dilakukan dengan konstruksi bangunan yang dapat diselesaikan dengan persetujuan pembangunan yang ada. Juga acapkali menanamkan kewaspadaan dan kemampuan bertahan dari kesulitan sejak dini dengan digelarnya penerapan pada anak usia dini. (humas)

Dengarkan Kami di Aplikasi Solatafm Nunukan