NUNUKAN – Di Indonesia Malaria adalah penyakit endemis, menyebar ke aera lain dengan cepat (Parasit Plasmodium) ditularkan melalui gigitan nyamuk anopeles betina yang terinfeksi parasit.
Penyakit ini banyak ditemukan di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Papua Barat dan sebagian di wilayah Kalimantan dan Sumatra.
Di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, puncak endemik malaria terjadi pada 2009, tercatat 2034 kasus dalam setahun dan pada 2018-2019 ditemukan enam kasus yang bukan merupakan transimisi lokal, melainkan salah seorang pasien yang tertular dari negeri jiran.
“ Ada 6 kasus dua tahun belakangan ini, setelah salah seorang pasien kami wawancarai, dihitung masa inkubasinya sampai akhirnya dia muncul gejala, kita bisa ketahui penyakit itu didapatkan waktu di Tawau, jadi penularan lokal empat tahun terakhir ini tidak ada lagi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Nunukan, dr. Mainstar Tololiu, dikonfirmasi usai penyerahan sertifikat Eliminasi Malaria, jumat (01/05) di LT IV Sekretariat Daerah Kabupaten Nunukan.
Namun seiring berjalannya waktu, kata dr. Tololiu. Dinas Kesehatan terus berupaya menekan angka penyakit ini dengan cara mensosialisasikan serta mengedukasi masyarakat terkait pencegahan serta mendistribusikan alat yang mengandung insektisida kemudian mengupayakan Puskesmas disetiap kecamatan menemukan kasus baru.
“ Empat tahun terkahir ini kita bisa buat nol persen, ini bisa menurun karna kita kerjasama dengan masyarakat dan melakukan komunikasi lintas sektoral, kita advokasi lalu tindakan nyatanya kita ajak masyarakat melalui kegiatan gerakan memberantas sarang nyamuk massal,” lanjutnya.
Lain halnya dengan Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit ini ditularkan Nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus, yang bersarang di wilayah iklim tropis. Gejalanya, demam tinggi menacapai 40 derajat, sakit kepala, otot, tulang dan sendi, nafsu makan menurun serta mual dan muntah.
Berdasarkan data dinas kesehatan, kurva DBD menurun tahun ini hanya ada satu kasus, sementara pada 2019 lalu, sebanyak 30 kasus dan lima diantaranya meninggal dunia.
Karena itu, Kepala Dinas Kesehatan Nunukan, mengatakan perubahan iklim pada bulan ini, diharapkan masyarakat mencegah penyakit malaria dan demam berdarah, tentu dengan menjaga kesehatan, baik diri sendiri maupun lingkungan sekitar agar ditengah pandemik covid 19, tidak muncul penyakit baru, sehingga konsentrasi petugas medis terfokus penanganan pandemik corona hingga Kabupaten Nunukan kembali kondusif.
“ Jadi masyarakat harus disiplin, agar membersihkan lingkungan, apalagi saat ini musim penghujan tentu banyak genangan air yang dapat menyebabkan sarang nyamuk, kami menganjurkan gerakan tiga M itu, Menguras, menutup dan mengubur genangan air, itu harapan kita semua,” tutup dr. Mainstar Tololiu.