Masyarakat Toraja di Nunukan Melaksanakan Tradisi Ma’nene

NUNUKAN – Tradisi masyarakat Toraja, Ma’nene’, kembali digelar oleh Masyarakat Toraja di perantauan setelah melalui kesepakatan bersama tokoh adat dan masyarakat.

Bacaan Lainnya

Pelaksanaan ritual yang dikenal sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur ini disesuaikan waktunya dengan momen setelah Hari Raya Paskah.

Agus Barana, tokoh masyarakat adat Toraja di Nunukan, menjelaskan bahwa pelaksanaan Ma’nene’ di perantauan telah melalui musyawarah bersama para tokoh adat.

“Karena kita sudah di rantau orang, kita sepakat bahwa Ma’nene’ dilakukan setelah Paskah. Tidak bisa seenaknya bertindak sendiri, harus ada keputusan bersama agar semua tahu tata cara ritual ini,” ujar Agus Barana, Jumat (18/4).

Rangkaian Ma’nene’ di Nunukan dimulai dengan pembukaan makam dan pembersihan jenazah leluhur. Masyarakat diberi waktu dua hingga tiga hari untuk membaharui jenazah, seperti mengganti kain pembungkus atau membersihkan makam. Setelah itu, dilakukan pemotongan kerbau atau babi, yang menjadi bagian dari tradisi persembahan.

Namun demikian, Agus menegaskan bahwa makanan dari hewan yang dipotong tidak boleh disantap di area kuburan.

“Makanan hanya boleh dimakan di luar area makam, kecuali untuk orang-orang yang sedang bekerja. Itu bentuk penghormatan,” katanya.

Ma’nene’ sendiri dimaknai sebagai bentuk balas budi kepada orang tua dan leluhur, sebagaimana umat Kristiani mengenang pengorbanan Yesus saat Paskah.

“Karena kita berutang budi pada orang tua kita, maka kita adakan Ma’nene’. Ini bentuk penghormatan,” tambahnya.

Di Toraja, Ma’nene’ umumnya dilakukan setiap tiga tahun sekali. Namun di wilayah tertentu seperti Baruppu, ritual ini dilakukan setiap bulan Agustus. Sedangkan bagi masyarakat Toraja yang tinggal di kota atau perantauan, Ma’nene’ bisa dilakukan setiap tahun, tergantung kesiapan dana dan hewan persembahan. Bila belum tersedia kerbau, warga akan mengumpulkan dana bersama untuk membelinya.

Ritual ini biasanya berlangsung selama tiga hari, mulai dari pembukaan, pembersihan makam dan jenazah, hingga penutupan pada hari ketiga. Seluruh rangkaian harus diselesaikan sebelum akhir bulan April, namun masih diperbolehkan lanjut jika pekerjaan belum selesai pasca Paskah.

“Kalau kita masuk Ma’nene’, harus perhatikan waktunya. Jika salah waktu, bisa mengganggu pekerjaan pertanian atau persawahan maupun saat membangun rumah sehingga jika melakukan ma’nene segala bentuk pekerjaan pertanian maupun pembangunan harus dihentikan. Maka itu harus sesuai adat, dan dilakukan dengan penuh penghormatan,” pungkasnya.(*)

[jetpack-related-posts]