SEBATIK-Jembatan Penghubung Desa Balansiku Kecamatan Sebatik Barat dan Desa Padaidi Kecamatan Sebatik sangat memprihatinkan. Jembatan berkontruksi kayu ulin itu diperkirakan sudah mencapai puluhan tahun.
Salah satu penyangga lantai jembatan tersebut telah patah dan sangat rawan mencelakakan bagi pengguna jalan. Jembatan seluas 4 meter dengan panjang 12 meter tersebut saat ini tidak lagi dilalui kendaraan besar.
Jembatan tersebut menjadi prioritas pertama yang diusulkan dalam Musrenbang prioritas pertama hampir sepuluh tahun, tetapi belum ada realisasinya. Masyarakat pun terpaksa gotong royong memperbaiki seadanya demi untuk membawa hasil panen buah sawit mereka.
Firman salah satu tokoh masyarakat di Desa Padaidi mengatakan, jembatan itu mulai rusak setelah ada pengerjaan badan jalan bersumber dari APBN.
“Saya waktu itu masih aktif menjadi anggota BPD desa, ketika ada musrenbang desa kami menyampaikan dan itu pemerintah desa menyetujui dan bahkan waktu itu kepala desa sendiri menyarankan ke kami untuk dibuatkna proposal kemudian sama-sama mengawal sampai ke tingkat kecamatan,” jelas Firman, Sabtu (11/2).
Pengusulan jembatan tersebut melalui musrenbang disebutkan Firman bukan hanya sekali tetapi setiap ada musrenbang selalu menjadi usulan prioritas.
“Usulan masyarakat itu setiap tahun sejak 2014 jembatan itu diusulkan dan selalu menjadi usulan prioritas desa, namun sampai saat ini belum ada kejelasan. Selalu saja ada bahasa anggaran sudah ada tetapi kami dari pemerintah desa waktu itu menunggu dan sampai sekarang ini tidak pernah ada, di tahun 2017 kami kembali mengusulkan namun tidak ada juga,” ujarnya.
Dikatakan Firman, karena beberapa kali diusulkan namun gagal sehingga kami bersama Pemerintah desa mengusulkan ke Kecamatan agar semua usulan prioritas itu didampingi langsung oleh desa, namun dari kecamatan menyampaikan tidak perlu dikarenakan berjenjang dan akan diperhatikan ketika misalnya usulan desa sangat prioritas.
“Namun sampai saat ini juga belum ada kejelasannya. Kami sudah berusaha bahkan kepala desa sendiri yang turun tangan membuat proposal dan menyerahkan kepada beberapa calon legislatif namun sama saja hasilnya janji tinggal janji hasilnya nol sampai sekarang,” terangnya.
Dengan rusaknya jembatan itu, sambung Firman sangat berdampak pada perekonomian masyarakat kecamatan Sebatik dan sekitarnya, karena harus mengunakani 2 alat transportasi yaitu truck dan pick up dan juga keduanya memakai jasa angkut. Secara otomatis biaya panen bertambah, belum lagi di tambah dengan persoalan yang lain tentu berdampak ke petani misalnya yang lagi viral yaitu kelangkaan BBM.
“Harapan kami pemerintah daerah dapat membantu kami agar jembatan itu dibangun. Jembatan itu bukan hanya warga desa Padaidi saja, tetapi ada 4 desa yang mengunakan akses jalan tersebut dan tentu ini sangat mempengaruhi semua ekonomi masyarakat karena di wilayah tersebut ada beberapa hektare lahan sawit masyarakat, artinya jika jembatan itu terputus tentu hasil panen sawit masyarakat tidak dapat diangkut. Oleh sebab itu kami berharap pemerintah daerah dapat membangun jembatan tersebut,”pungkasnya.