NUNUKAN-Inilah Tradisi adat Tidung di Kabupaten Nunukan setiap menyambut tamu atau penyambutan pemimpin yang baru, seperti yang dilakukan dalam tradisi penyambutan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Nunukan Hj Asmin Laura Hafid, SE, MM, Ph.D dan H Hanafiah, SE, M.Si yang baru tiba di Pelabuhan Liem Hie Djung (PLBL) Kabupaten Nunukan, usai di lantik oleh gubernur Zainal Arifin Paliwang di Tanjung Selor, Kalimantan Utara, Rabu (2/6).
Dengan ritual tersebut memiliki makna yang sangat penting bagi kaum adat Tidung, dimana dengan empat ritual penyambutan tersebut masing-masing memiliki arti yang sangat sakral dan membawa suatu kebaikan.
Kordinator Lembaga Adat Tidung, H Surai’ menyebutkan tradisi penyambutan Bupati dan wakil Bupati dengan tari-tarian dan beberapa ritual yang dilakukan, yaitu ritual infalo yang artinya membacakan doa mantra-mantra bagi pemimpin yang baru dilantik ini mampu melaksanakan tugas, diberika kesehatan dan kekuatan untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.
Kemudian ritual Insaloi artinya pendinginatau kesejukan, artinya pemimpin yang baru dilantik ini dapat memberikan kesejukan kepada seluruh masyarakat kabupaten Nunukan dan mampu membawa kesejahteraan di kabupaten Nunukan.
Lalu, ritual Idalaliaban yang artinya mempersatukan, dengan ritual ini mendoakan seorang pemimpin untuk mempersatukan semua perbedaan yang ada di Kabupaten Nunukan, sehingga Masyaratnya mampu bergandeng tangan untuk membangun Kabupaten Nunukan.
Selanjutnya, Ritual penyematan Selengdang Putri Dadai Dara, Selendang ini merupakan selendang pakaian para raja-raja suku Tidung.
“Sehingga apabila selendang ini kita sematkan pada siapa pun, hal itu merupakan suatu penghormatan bahwa dia adalah pemimpin yang di hormati, disenangi, dicintai dan merupakan bagian dari keluarga besar dari suku kaum Tidung,” terang H Surai’.
Terpantau, Bupati Laura dan Wakil Bupati Hanafiah bersama keluarga dan tim serta pendukung diiringi musik khas adat Tidung dengan dikawal ketat keluar dari dermaga PLBL menuju parkiran. (*)