Dukung Ketahanan Pangan, Lapas Nunukan Produksi Tempe Secara Mandiri

Print Friendly, PDF & Email

NUNUKAN-Pembinaan merupakan hal yang wajib dilakukan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Indonesia dalam upaya menciptakan Narapidana sebagai Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan produktif serta mempunyai kreatifitas yang baik. Pembentukan pembinaan tersebut telah sukses dan berhasil dilakukan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Nunukan.

Salah satu kegiatan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lapas Kelas IIB Nunukan yaitu memproduksi Tempe, hal tersebut tentunya merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat.

“Sejauh ini, mereka mampu memproduksi sampai dengan 150 pack Tempe perhari nya dan 1 pcs tempe dibandrol Rp. 2.500,”ujar Kalapas I Wayan, Rabu (3/5).

Kami selalu menerima WBP yang ingin dan ada niat untuk bekerja dan menambah pengetahuan di bidang pembuatan tempe untuk bekal mereka kembali ke masyarakat.

Hingga saat ini, kami sudah berhasil mendistribusikan tempe lapas Nunukan ke pedagang-pedagang yang ada di kabupaten Nunukan, langkah ini kami laksanakan guna mendukung penuh program ketahanan pangan di Nunukan.

Untuk keuntungan penjualan nantinya, lanjut Kalapas akan diputar kembali untuk modal usaha dan juga sebagai penyumbang Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dalam Kegiatan Kerja Lapas.

Naluri wirausaha memang telah terpatri di jiwa Bakri Keterbatasan di balik penjara, tak membuatnya melepas keahliannya itu. Ketika para narapidana dan tahanan lainnya tengah sibuk mencuci ataupun menjemur pakaian, dua pria mengenakan kaus biru bertuliskan Warga Binaan Pemasyarakatan tengah berada di tempat pembuatan tempe.

Mereka ialah Muhammad dan Bakri, Kedua tangan mereka tampak begitu lihai mengaduk-aduk kedelai dengan campuran ragi. Anggapan masyarakat umumnya kerap memandang mantan narapidana dengan sebelah mata.

“Kita berharap hal yang dilakukan selama di Lapas ini, bisa dijadikan bekal setelah masa bebasnya tiba,” tuturnya.

Kendati demikian, proses produksi juga tak berlangsung mulus. tapi setelah belajar dari pegawai dan warga binaan lainnya yang sudah paham terkait produksi tempe tersebut, dua hingga tiga minggu dengan di dampingi oleh petugas, mereka pun sudah bisa sepenuhnya. Hingga saat ini produksi tempe itu terus berlanjut. (RR Hms Lanuka)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *